Halooo!
Hei perkenalkan, nama aku Sandra saat ini
aku sudah bekerja disalah satu perusahaan swasta di Ibu Kota Jakarta. Tiba-tiba
aku mengenang salah satu sosok dimasa lampauku yang kini bayangannya menemani
lemburku, namanya Triawan. Dia adalah masa lalu ku, belasan tahun silam.
Ku seruput secangkir teh hangat ku saat
ini, menemani rintik hujan, manis sekali mengenang masa itu, saat ini pukul 8
malam, disalah satu lantai gedung pencakar langit Ibukota aku memandang keluar
jendela kantor yang mulai kosong ini.
“Dimana
pun kamu di luar sana, semoga dalam keadaan baik ya”.
--------------------------------------
Gadis Lolipop
Gue adalah salah satu siswi yang tidak
begitu populer sih, masih ada yang lebih populer lagi, ya teman-teman gue,
waktu sekolah dulu gue mengikuti banyak kegiatan ekstrakurikuler, jadi
teman-teman gue pun cukup banyak.
Sangat mudah kalau lo cari gue, selalu ada
stik permen yang menempel dibibir, ya gue selalu mengemut lollipop jika tidak
sedang mengikuti pelajaran di kelas. Jangan ditanya, di dalam saku selalu ada
lollipop favorit gue dengan berbagai macam rasa.
Saat itu gue gak memiliki pacar seperti
teman-teman popular gue yang lain, yang setiap bulan selalu merayakan hari
jadinya berdua serasa romantis. Tidak terbesit juga ingin memiliki pacar
menuruti olok-olokan sahabat-sahabatku yang lain, “Ah San, masa cantik-cantik gini gak punya pacar sih, lo kalo cari pacar
atau tebar pesona dikit aja pasti banyak deh yang nempel. Senyum dong makanya
senyuuum” begitu lah ledek teman-teman gue sambil menarik pipi gue untuk
membentuk senyuman.
Memang gue kurang sekali bisa mengambil
perhatian lawan jenis. Tunggu, atau memang gue yang tidak welcome ya? Hmm. Lagian gue happy kok dengan lollipop dan bola
basket gue.
**
Terik siang yang cukup menyengat tak
menghentikan gue untuk mendribble bola basket gue di pinggir lapangan, lalu
tiba-tiba saja ada bola berwarna hitam-putih yang rasanya menempel dengan kencang ke arah badan gue, entah siapa tuan yang
menendangnya ini gue pengen tau dan rasanya ingin segera gue maki-maki.
Gue palingkan wajah untuk mencari dan benar
saja ada beberapa cowok-cowok yang sedang bermain bola. Seingat gue, ada
delapan orang sebetulnya tidak asing wajah-wajahnya bagi gue, mereka anak kelas
lain yang hampir tidak pernah gue sapa. “Woy
diem aja, siniin dong bola-nya”. Ini alasannya gue tidak pernah mau menyapa
mereka-mereka itu, karena tidak punya sopan santun! “Bola lo bilang?! Tuh ambil….” seraya gue menendangnya agar makin
jauh.
Doni namanya, dia yang meminta bola itu,
terlihat sekali kalau tidak suka dengan responku, “Yeh malah ditendang jauh, sinting nih cewek…” bukannya marah gue
justru melihat ada yang sedari tadi memperhatikan gue dari lapangan dengan
senyuman, fikir gue kenapa dia malah senyum manis sekali padahal temannya saja
bilang gue cewek sinting.
Tidak sampai gue membalas dari cetusan cewek sinting bel masuk kelas berbunyi, gue
buang stik lollipop dari mulut gue dan langsung masuk kelas. Herannya gue tidak
seperti biasanya yang menyimpan dendam, persoalan gebokan bola ini berakhir saja disini. Males juga sih berurusan
dengan mereka itu yang terkenal ‘bandel’.
**
Saat jam istirahat, kaget banget gue
dihampiri ade kelas yang gue pun tidak tau kelas berapa, “Kak Sandra, ini ada surat dari kakak yang itu….” Sambil menunjuk si
pengirim. Setelah dua minggu Doni akhirnya meminta maaf atas perlakuannya waktu
meminta bola yang tidak sengaja ditendangnya ke arah gue, juga untuk ‘cewek sinting’ yang dia katakan.
Dalam surat itu juga meminta gue untuk
menemuinya sepulang sekolah, gue melihat ke arahnya dan mengangguk tanda setuju.
Berbeda dengan jaman sekarang yang mungkin
kesekolah saja sudah menaiki motor atau bahkan mobil, saat itu naik sepeda saja
sudah keren tau! Oke baik, setelah bel pulang sekolah gue menunggu di sebelah
kelas, gue lihat hampir seluruh murid-murid sudah meninggalkan sekolah ini, sekitar
gue sudah terlihat sepi, tak lama datanglah sosok si pengirim surat tadi.
“Lo
mau minta maaf kan, udah gue maafin, lain kali jangan suka gebok-gebokin cewek…”
cetusku langsung saat dia berjarak hanya beberapa meter saja dari gue. Dia
membalasnya dengan tertawa kecil, “Iya
gue mau minta maaf, ternyata pas ada kesempatan nyapa lo gue malah terkesan
jahat banget ya hehe. Maafin gue ya Sandra…”.
Gak heran sih anak-anak lain bisa tau nama
gue walaupun belum berkenalan, “Doni….”
sambil mengulurkan tangannya, dengan heran aku tetap menyambut tangannya “Sandra” sahutku. Dari sini lah gue tau
namanya.
“San,
gue bingung mau ngomongnya….”
“Bismillah…
Sandra, gue suka sama lo udah dari lama, tapi gue gak berani buat ngajak lo
ngobrol, buat nyapa lo aja nyali gue ciut, takut digebok bola basket sama lo,
eh malah lo yang kegebok bola gue”
“San…
lo mau gak jadi pacar gue?”
MIMPI APA LO SAN? Kok tiba-tiba ada yang
mau gue jadi pacarnya tapi orangnya adalah yang dua minggu lalu bikin gue
emosi? Yang ngegebok gue pake bola! Dan kalian harus tau ya, wajahnya tuh lucu
banget pas Doni mengatakan kata-kata tadi. Kenapa harus Bismillah dulu? Haha.
“Lo
sakit jiwa ya, Don?” Duuuh, kenapa ini yang keluar dari mulut gue sih pas
pertama kali ditembak sama cowok, ya meskipun cowoknya bukan yang seperti dalam
khayalan gue.
“Gue
serius, San. Lo udah benci banget ya sama gue?” muka Doni jadi sendu-sendu
gimana gitu.
“………………………….” hening dalam waktu yang cukup
lama.
“Iya gue mau..” sahutku memecah keheningan.
Doni tiba-tiba langsung sumringah, seperti
ingin berteriak tapi bibir bawahnya digigitnya untuk menahan suara teriakannya.
Gue pun langsung senyum-senyum melihat tingkahnya Doni. “Mau pulang bareng gak? Gue…eh aku anterin yaa. Naik sepeda!”.
“Hah,
aduh gak usah gak enak juga kan” balasku.
“Gak
apa, kamu kan sudah jadi pacar aku, jadi aku mau anterin kamu pulang, ya”
pinta Doni
Tidak bisa mengelak lagi, akhirnya gue pun
menyetujui permintaan Doni. Pulang sekolah dianterin pacar, asik! Naik sepeda
dong. Turun tangga pun kita jalan bareng sampai ke tempat dia taruh sepedanya.
Agak heran juga sih gue. “Don, kok gak ada boncengannya? Terus gue naiknya
gimana?”
“Emang gak ada jok boncengannya, tapi aku pasang
jalu lumayan kuat kok. Jadi kamu berdiri dibelakang aku.” penjelasan Doni ke
gue tentunya yang masih awam banget soal dunai-persepedaan.
Dalam hati gue bergumam, ini yakin? Naik
sepeda berdiri? Apa gak jatuh nanti gue? Gue biasa naik angkot atau dijemput
bokap, kali ini harus naik sepeda yang gak ada jok boncengannya gitu!
Tapi gue menurut saja, gue coba naik satu
kaki, baru kaki lainnya menyusul. Deg-deg-an luar biasa rasanya! Wajah Doni ke
belakang, dan menepuk bahunya dengan tangannya sendiri, mengisyaratkan untuk
gue pegang pundaknya agak bisa seimbang. “Siap?”.
Kali ini gue yang Bismillah…. Sambil tutup mata “Siap…”
Betul-betul jadi pengalaman pertama gue,
sepanjang jalan pulang tak hilang senyum-senyum najis bersinggah dibibir gue.
Mimpi apa sih gue semalem? Kok bisa hari ini gue PUNYA PACAR? Eh iya, hari ini
gue udah punya pacar loh haha rasanya gue pengen bales omongan temen-temen yang
ngeledek gue gak punya-punya pacar. Udah gitu, sekarang Doni pake ‘aku-kamu’ lagi, jijik gak sih? Hahaha
Yap, Doni jadi pacar pertama gue. Hari-hari
gue lalui seperti biasa tapi rasanya yang gak biasa, ada seperti supplement
tambahan yang ngebuat gue jadi semangat ‘45 banget ke sekolah, bahkan gue
pernah makan roti sarapan gue diperjalanan berangkat sekolah. Dan terkadang
suka nungguin telpon rumah bunyi, takut yang ngangkat mamah atau bokap, gue
malu kalau harus ketauan hehe.
Rasanya seneng banget, walaupun awalnya gak
banget. Kok bisa ya gue langsung setuju aja jadi pacarnya Doni. Ya, begitulah
cerita anak sekolah yang pertama kali punya pacar.
0 comments: