Halo! Selamat datang di blog Resna Karina, ini adalah tulisan ku yang masih perlu banyak perbaikan, pembelajaran dan jauh sekali dari kata sempurna. Feel free untuk berikan masukkan dengan meninggalkan komentar. Enjoyed!

So sorry sebelumnya pakai judul tersebut, gue mau cerita tentang sebuah perjalanan yang tidak sebentar, yang tidak akan pernah gue lupain, ...

Dua Desember Dua Ribu Delapan

So sorry sebelumnya pakai judul tersebut, gue mau cerita tentang sebuah perjalanan yang tidak sebentar, yang tidak akan pernah gue lupain, yang tidak pernah gue sesali, yang menjadi pelajaran paling berharga dihidup gue.

Ya, ini adalah salah satu perjalanan kisah asmara gue yang cukup lama.


foto berdua pertama


Dua Desember Dua Ribu Delapan

Gue meng-iyakan ketika ada yang meminta gue untuk jadi pacarnya, gue jadi pacar seseorang. Cukup complicated diawal karena gue tergolong orang yang cuek parah, tapi dia benar-benar adalah seorang pejuang. Dia mampu meluluhkan hati yang keras ini.

Sejak saat itu, banyak hal baru yang gue rasain, mulai dari jalan-jalan ke tempat yang gue gak pernah datangi, belajar selera orang lain, belajar toleransi. Gue punya tempat cerita yang benar-benar mau dengerin mulai dari hal serius sampai hal tolol yang gue ucap.
Gue punya supporter yang selalu ngedukung kalau gue lagi capek banget (walaupun ujung-ujungnya jadi ngelarang ini itu dan gue nya gak pernah nurut). Gue punya temen berantem, mau berantem yang kaya gimana juga dia bisa dan mau ngimbangin. Gue punya temen yang selalu gue tunggu-tunggu buat ketemu. Gue punya komentator yang selalu ngomentarin dan ngatur gue dalam hal penampilan karena gue orangnya cuek parah. Gue punya orang yang ngelapin sendal atau sepatu gue kalau kita mau jalan, ini karena dia cinta kebersihan dan rapi. Gue punya penunjuk jalan yang bersedia nemenin kemana pun karena memang dia tau ceweknya ini gak tau jalan. GUE PUNYA TEMEN YANG SELALU ADA KAPANPUN GUE MINTA.

Banyaaaaak banget hal-hal yang dijalanin bareng-bareng, mulai dari hal alay, hal tolol, hal yang memorable banget, hal yang memalukan, sampai hal yang menjengkelkan. Senyum, ketawa, marah, nangis, sakit, udah pernah dilewati bareng-bareng. Sampai kita udah gak ada jaim satu sama lain, gue paham dia dan sebaliknya. Dari bangun tidurnya sampai mau tidurnya kita sudah tau. Ya, DELAPAN tahun kita bersama tentu sudah hatam dengan hidup masing-masing.


Gue salut dia selalu ada buat gue bahkan disaat keluarga gue dalam kondisi down sekalipun, disaat gue kacau sekalipun, gak pernah ninggalin. Dia selalu lembut kalo ngadepin gue, gak pernah marah, marah pun pasti akan luluh lagi kalo ngeliat gue, entah dia benar-benar obat dan gue adalah penyakit pada waktu itu.

Bukan lebay......

Satu hal yang paling berharga yang jadi pelajaran dari hubungan gue sama dia adalah, semarah apapun kita sehebat apapun kita bertengkar, jangan pernah menyinggung hubungan, jangan pernah menyinggung kata perpisahan. 

Dan itu berhasil kita terapkan selama 8 tahun.

Hampir seluruh hidup gue ada dia.


Mustahil jika kita gak pernah punya mimpi karena perjalanan kita yang terbilang lama, gak perlu dijabarkan apa hal indah itu, mimpi hanya sebatas mimpi. Semua perjalanan kita sudah hampir satu arah, kita sudah sama-sama belajar jadi pribadi yang lebih baik, ngaji bareng, sholat bareng berjamaah, puasa sunnah bareng. Saya gak tau entah adakah nanti yang mau diajak hijrah bersama supaya lebih baik dalam segi agama? Entah adakah yang seperti ini. Sesak dada ini jika berangan yang satu ini.


Sudah hampir tidak membeda-bedakan mana keluarga mu atau keluarga ku, rasanya sudah dekat sekali.

Ah, banyak sekali rasanya ungkapan dan curahannya, 8 tahun rasanya tak cukup untuk dituliskan, itu melekat pada kenangan.

Mungkin tuhan memang mengatakan lain, kini kita hidup dalam kedewasaan yang memang harus begitu. Mau tidak mau kita harus menjalani yang ada agar tau perjalanan hidup. Saya tidak lagi menyalahkan siapapun karena memang sudah berakhir, ya, telah usai...

Delapan tahun perjalanan saya dengannya usai sudah. Jangan ditanya bagaimana rasanya, namun saya berusaha memahami bahwa Tuhan selalu punya rencananya, Tuhan selalu tau mana yang terbaik dan mana yang terbaik untuk dimiliki.

Bukan tidak lagi mau berusaha, bukan benci, bukan dendam, bukan pula menyerah, namun ini lah jalan-NYA.

Sayaaang... baik-baik yah, saya pun juga akan baik-baik menjalani hidup, saya kuat menopang segala persoalan dan keluarga saya, saya gak cengeng, saya belajar untuk tau jalan, saya belajar untuk menyesuaikan pakaian, saya belajar untuk gak jutek sama orang, saya belajar untuk mandiri, dan saya belajar untuk membuka hati untuk orang lain mau tidak mau. Saya berharap yang masuk nantinya adalah orang yang baik yang menyayangi saya setidaknya tidak kurang seperti kamu.

Saya takut....
Saya takut dengan kisah baru....
Saya takut dengan orang baru....
Saya takut memulai yang baru....
Saya takut dengan rasa sakit yang baru....
Tapi lupakanlah karena ini bukan lagi urusanmu, ini resiko saya.

Kita saling doakan yang terbaik.

Saya kehilangan seseorang yang selalu ada di sebelah saya saat apapun, dimanapun, dan kapanpun. Saya kehilangan supporter saya, gak ada lagi yang ngelapin sendal dan sepatu saya, gak ada lagi yang mau nyeduhin teh buat saya, gak ada lagi yang mau ngerawat saya ketika sakit, gak ada lagi yang mau disebelah saya saat kondisi sedang jelek-jeleknya, gak ada lagi yang mau nurutin random nya keinginan saya, gak ada lagi abang, kaka, adik, ayah, temen, musuh, lawan, dan orang terkasih dalam satu balutan di kata ‘kamu’. Ya, saya kehilangan kamu.

Ini bukan ratapan ataupun penyesalan, just throwback.

Maafkan seluruh kesalahan saya. Ini pilihan kita untuk gak komunikasi lagi dan bertegur sapa. Ya kita tahu karena sulit, kita atau lebih tepatnya kamu belum bisa berdamai dengan waktu.

Terima kasih untuk semua pelajaran yang sangat berharga, pengalaman yang tiada dua, kenangan yang tidak akan dilupa, terima kasih untuk hal-hal yang membahagiakan.
Saya sudah lupakan segala luka-luka dan rasa kecewa yang telah lalu.


Itu sepenggal dari kisah yang hanya ingin gue tuangkan sedikit saja, bukan sedang rindu atau apa, memang sengaja ingin saya tuangkan disini. Biar bagaimana pun dia pernah menjadi dalam bagian hidup saya.






Terima kasih....

0 comments: