Halo! Selamat datang di blog Resna Karina, ini adalah tulisan ku yang masih perlu banyak perbaikan, pembelajaran dan jauh sekali dari kata sempurna. Feel free untuk berikan masukkan dengan meninggalkan komentar. Enjoyed!

Bukan Doni Tidak sampai satu bulan hubungan kita kandas, gue sedih banget waktu itu. Ketika gue lagi main basket di lapangan sekolah, tiba-...

Triawan, Cinta Bukan Begitu | PART II



Bukan Doni

Tidak sampai satu bulan hubungan kita kandas, gue sedih banget waktu itu. Ketika gue lagi main basket di lapangan sekolah, tiba-tiba saja Doni memanggil dari lantai dua sekolah, dan bodohnya gue masih senyum-senyum dan beri isyarat ‘ada apa? dengan menaikkan alis’. Ternyata Doni ingin menyampaikan sesuatu melalui surat yang ia jatuhkan ke bawah, ‘San, tangkep ya’ perintah dia.

Gue fikir dia akan ngajak pulang bareng dengan sepedanya, padahal gue sudah lihai menyeimbangkan badan agar tidak jatuh dan sudah tidak takut lagi untuk berdiri di jalu sepeda, ternyata isi surat itu adalah ‘Sandra, maaf hubungan kita sampai disini saja. Aku mau kita putus!’.

Kali ini rasanya betul-betul ingin gue gebok si Doni dengan bola basket. Bisa-bisanya mutusin gue yang gue gak tau apa penyebabnya?

Gue bener-bener lampiasin rasa sedih dan amarah gue dengan main basket sampai sore hari di dekat rumah, sampai bener-bener capek. ‘Apa sih salah gue?’ hanya itu pertanyaan yang gue pengen tau jawabannya, sekarang.

Ternyata pacaran itu gak melulu menyenangkan, bahkan tidak sampai satu bulan, berakhir begitu saja. Tanpa penjelasan.


**


Sudah habis kemarahan dan kesedihan gue, jika ada kesempatan untuk melihat atau pas-pasan dengan Doni aku enggan melemparkan senyuman, begitupun dengan Doni ke gue. Entah mengapa terlihat seperti kami menyimpan dendam satu sama lain.

Hingga berselang satu minggu, ada yang menghadang jalan pulang gue, beberapa cowok. Masih ingat dengan sosok yang senyum dari tengah lapangan saat gue digebok bola oleh Doni? Dengan beberapa temannya yang lain dia menghadang jalan pulang gue.

San, elo pacaran sama Doni ya?” tanyanya tanpa basa-basi

Enggak!” sahut gue ketus

Sambil melalui mereka, tangan gue tiba-tiba ditarik, "San, jawab dulu.."

"Apaan sih lo, lepasin gak!"

Kenapa sih ada aja yang bikin emosi, urusan dengan Doni yang masih jadi penasaran hati sekarang salah satu geng nya yang melemparkan pertanyaan gue pacaran atau nggak sama Doni. Nyindir atau gimana sih?! 



Sahabat yang Lain

Berlalu begitu saja persoalan hubungan gue dengan Doni, istilah anak jaman sekarang itu sudah move on. Iya, gue sudah tidak memikirkannya sama sekali, masa bodo dia mau senyum atau tidak senyum kalo berhadapan sama gue. 

Tapi, ada yang lain dan agak aneh menurut gue. 

Yang tempo hari sempat menanyakan gue pacaran dengan Doni, iya dia adalah yang senyum sama gue ditengah lapangan waktu itu. Dia juga menjadi perhatian belakangan. Bian namanya. 

Dia kerap memberikan cemilan yang dititipkannya ke anak lain untuk dikasih ke gue, dia juga kerap menawarkan tebengan pulang, bahkan dia bilang "San, kalo ada yang ganggu lo dimana pun itu, siapa pun itu, bilang sama gue ya, orang itu gak akan tenang". 
Kaget banget waktu itu Bian bilang seperti itu. 

Seiring berjalannya waktu, gue terbiasa dengan Bian, seiring waktu gue tau kalo ternyata Bian ini adalah pentolan dari rombongan anak-anak badung itu, istilahnya kepala geng gitu, deh. Biar begitu, gue gak pernah ngadu ke Bian kalo gue lagi sebel ataupun diganggu oleh orang lain. 

Gak butuh waktu lama memang, Bian berhasil menggantikan posisi Doni. Ya, gue pacaran dengan Bian. Satu sekolah akhirnya tau kalo gue berpacaran dengan Bian, semakin tidak ada yang berani semena-mena sama gue. Gue tau Bian memang dipandang sebagai anggota geng anak badung, tapi ternyata dia baik loh. Dan dia tidak bodoh seperti yang orang-orang cemoohkan. 'Kalo anak bandel gitu biasanya bodoh'. 

Aku suka belajar bareng dengan Bian, menyenangkan! Gak kutu buku banget yang cupu gitu kalau diajak ngobrol, aku suka becandanya Bian. Dia paket lengkap buat aku, sudah pintar juga jagoan. 



Doni, Mau Apa Lagi Sih?

Kabar gue berpacaran dengan Bian tentunya sampai dong ke telinga Doni. Bagaimana tidak, Doni dengan Bian kan satu geng. Doni sempat memanggil gue dari kejauhan, dan tentu saja gue enggan untuk menyapanya balik, sambil berlalu gue tinggalin Doni yang berlari mencoba menghampiri. Kapan hari waktu itu Doni juga pernah melemparkan pertanyaan, "San, sekarang sama Bian?". Lagi lagi gue enggan menjawab, sepertinya Doni tau bahwa gue sudah sangat muak dengannya. 

Doni pernah berteriak meminta maaf, lalu juga pernah berteriak "San, kok bisa?" entah apa maksudnya.

Setelah beberapa bulan berjalan hubungan gue sama Bian, gue baru tau kalau Doni dengan Bian adalah sepupuan, ya mereka punya hubungan saudara. Ampun deh! "Kenapa se-complicated itu sih, San," teriakan hati gue. 

Bian itu baik banget, meskipun dia jagoan yang membuat dia banyak gak disukai orang, dia bener-bener beda banget ke gue. Gue ngerasa aman selama bareng sama Bian, gak ada satu orang pun yang berani jahatin gue, kalau ada yang berani, orang itu gak akan tenang dibuatnya sama Bian. 

Bian selalu memastikan semua kebutuhan gue lengkap. Kalau dia tau gue gak punya lollipop dia akan dengan sigap menyuruh kawannya untuk carikan lollipop dengan segera. Kalau tidak dapat, dia bisa ngamuk. Senyumnya Bian manis, itu pula yang buat gue candu akan dia dan semakin sayang kian hari. 



Bukan Bian Biasa 

Akhirnya gue tau, alasan Doni memutuskan hubungan gue dengan dia beberapa waktu silam yang tanpa sebab dan tanpa penjelasan saat itu. 

Bian, tentu saja dengan powernya menyuruh Doni untuk memutuskan hubungannya dengan gue saat Bian baru mendengar bahwa sepupunya berhasil pacaran dengan cewe incarannya selama ini. Doni, dengan berat hati dan loyalitasnya dia dengan Bian, dia menuruti apa kemauan Bian. Padahal, saat itu Doni tidak tau kalau Bian ternyata mengincar gue juga. 

Bian bilang kalau Sandra adalah wanita yang tidak cukup baik untuk menjadi pacar sepupunya itu, Sandra tidak pantas bersanding dengan Doni. Bian juga mengarang kalau Sandra begini dan begitu, juga memiliki kekasih lain. Doni yang saat itu emosi lantas langsung mengambil keputusan untuk memutuskan gue, tanpa babibu memberikan penjelasan atau menanyakan pembenarannya. 

Jika buatmu yang dilakukan Bian itu adalah hal yang menakjubkan atau menyenangkan, tentu tidak buat gue!

Bian yang selama ini gue pandang sebagai seorang jagoan hati gue, pelindung gue, orang yang gue sayang, orang yang gue banggakan, setelah gue tau itu cara dia untuk mendapatkan gue dan juga hal itu juga yang membuat hubungan gue kandas dengan pacar pertama gue, ya, dengan Doni. Seketika berubah, Bian tidak lagi hebat buat gue.

"Bian, kamu tau kalo aku sayang banget sama kamu, bahkan rasanya aku kayak gak bisa kalau gak ada kamu. Tapi aku gak nyangka yah cara kamu, yang kamu lakuin ke aku ke Doni, kamu udah merendahkan aku dari awal! Bian, maaf, aku mau kita putus. Aku mau kita sampai disini aja,"

Jelas Bian tidak terima, dan langsung mencari tau siapa yang berhasil membocorkan rahasia itu hingga sampai ke telinga gue. Bahkan terakhir gue dengar bahwa dia langsung menghajar Doni karena dianggap Doni yang cerita ke gue. Sinting! Bener-bener sinting! Kenapa sih, ya Tuhan? 

Persoalan ini betul-betul membuat gue sakit kepala, sakit hati, bingung, campur aduk deh. Dan sukses membuat hari-hari gue jadi murung. 



Kali Ini Bukan Angin Lalu

Setiap pagi selama gue sekolah di SMA ini, memang selalu ada yang menyapa "Pagi San,,,". Tapi gue gak tau siapa nama orang yang rajin sekali, setiap hari menyapa. Biasanya gue hanya melemparkan senyuman dan menganggapnya hanya sebagai angin lalu. Tetapi hari ini tiba-tiba saja berbeda. 

"San, jangan hilangkan senyum itu dari lo ya. Bisa jadi lo adalah dunia bagi orang lain,

Ha? Siapa dia? Seperti bisa membaca situasi yang sedang gue alami. 

"Sandra, senyum ya. Everything is gonna be okay," lanjut laki-laki itu. Yang sampai saat ini gue bahkan tidak tau namanya. 

Langkah gue pagi itu betul-betul dibuat berhenti dan terdiam, meresapi kata-kata yang diucapkan. Siapakah dia?


to be continued.......




0 comments: