Halo! Selamat datang di blog Resna Karina, ini adalah tulisan ku yang masih perlu banyak perbaikan, pembelajaran dan jauh sekali dari kata sempurna. Feel free untuk berikan masukkan dengan meninggalkan komentar. Enjoyed!

Malam itu jadi malam terhancur yang tidak pernah aku bayangkan dan tersakit yang tidak pernah aku rasakan seumur hidupku. Dadaku sesak ...

Selamat Jalan Ayahku Tercinta


Malam itu jadi malam terhancur yang tidak pernah aku bayangkan dan tersakit yang tidak pernah aku rasakan seumur hidupku. Dadaku sesak tak karuan, tidak ada penawarnya. Rasanya telingaku tak lagi mendengar sekitar, pandanganku kabur entah kemana fokusnya. Malam itu, Kamis 19 Desember 2019 pukul 21.00 WIB.


Aku harus kehilangan kepala keluargaku, pahlawanku, lelaki hebatku, insinyurku, penerang hidupku, guruku, sahabatku, penjagaku, belahan jiwaku, cinta pertamaku, aku kehilangan ayahku. Malam itu hatiku amblas rasanya, airmataku deras, aku banjir rasa duka yang mendalam. Separuh hidupku rasanya hilang.


Sore itu aku sempat memotret ayah yang memang sedang demam kondisinya. Lalu ku posting di media sosialku. Aku hanya berharap dengan ayah mendengar suaraku maka ayah mau makan. Namun aku tak tega membangunkannya dan kubiarkan ayah istirahat.

Malam selepas isya aku, mamah, adekku, dan salah seorang yang kost di rumahku sebut saja bang Ari, kami makan berempat di ruang tamu, ayahku tidur di ruang tengah yang langsung terlihat oleh kami. Belum usai makan, mamah beranjak cuci tangan dan menghampiri ayah. Tak lama kemudian mamah tak biasanya memanggilku dengan nada yang pelan sekali sampai ku tanya "bang Ari, mamah panggil gue ya?", Dan ternyata kudapati bang Ari bengong terdiam teringat mendiang ibunya, sampai ku ulang panggil namanya dia baru tersadar dan berkata "eee iya Na".

Ku hampiri mamah yang ada disamping ayah, "kenapa mah?" Dengan lirih mamah memintaku "kakak, bisa ngajiin disebelah ayah? Mamah lagi haid, mamah hanya bisa bimbing ayah". Dengan respon yang agak 'kaget' lalu kulihat wajah ayah yang kian pucat, aku langsung ke ruang tamu membereskan semua piring-piring makan kami dan membereskan isi ruang tamu, aku pun tidak mengerti mengapa tanganku lantas merapikan ruang tamu.

Lalu aku ambil wudhu lantas duduk dikasur, disebelah kiri ayahku. Tangan kananku memegang tangan kiri ayah lalu ku ciumi keningnya ku ucapkan "kakak sayang sekali sama ayah". Mengawali dengan bismillah sebagai penguatku, aku memulai membaca surah Yasin. Sejujurnya, kala itu tak terfikir olehku ayah akan tiada, hanya terlintas dibenakku ayah kala itu hanya meriang nanti akan kembali normal seperti biasa.


Ternyata malam itu adalah ciuman ku untuk yang terakhir kalinya. Sambil melantunkan bait-bait ayat, ku banjiri ayah dengan mencium kening ayah. Lalu mamah keluar untuk memanggil Pak RT, hanya tinggal aku berdua dengan ayah. Tak lama bang Ari datang berpakaian kokoh dan menghampiri ayah cek nadi tangan dan leher lalu berkata "yah Na, udah nggak ada", mendengar itu sontak air mata ku menetes walau tanpa respon menanggapi kata-katanya aku tetap membaca ayat suci. "Mmm, nanti tunggu Pak RT aja deh, gue takut salah", lanjut ucapan bang Ari yang mungkin saja fikirku untuk sedikit menenangkanku.

Tapi aku dari tadi disebelah ayah dan saat ku duduk ayah masih bernafas, fikirku. Tidak ada terlihat ayah 'sakaratul maut' hanya tertidur saja seperti biasa yang ku lihat.

Tak lama kemudian mulai orang berdatangan bersamaan dengan mamah. Aku ingat, salah satu anak Pak RT cek nadi ayah dan mata ayah, ia hanya menanya riwayat sakit ayah lalu ikut mengaji didekatku. Aku tak melihat dengan fokus namun aku merasa semakin banyak yang datang. 

Sesak rasanya dada membaca lantunan ayat suci dalam kondisi malam itu, dengan air mata bercucuran, namun ku fikir demi ayah maka aku kuatkan dan harus selesai. Selesainya aku ngaji, aku taruh jari ku dibawah idung ayah dan benar.....ayah tak lagi bernafas. Aku mencium kening ayah sedih, aku dengar orang-orang bilang "air matanya jangan jatuhi ayah, Ka", dan aku hanya berucap "I love you Ayah". Kudapati adikku kembali dari depan karena tadi pamit untuk ke tukang fotocopy, ia sontak histeris menangis sambil pegang kaki ayah lalu dipeluk oleh banyak orang. Aku langsung beranjak dan masuk ke kamar.


Aku tidak sanggup melihat pemandangan itu, aku hanya bisa menelpon kakak lelaki ku, "Salam, a lagi dimana? Bisa ke Ciledug? Ayah udah drop a, kesini ya" hanya itu yang kukatakan, karena tidak mau membuatnya panik. Setelah itu, aku terdiam di kamar dan tidak tau mau memberi kabar kemana lagi.

Sampai kakak iparku masuk ke kamar langsung memelukku dalam benakku bertanya-tanya 'loh ini kenapa?'. Lalu sadarku membaik, aku bertanya "Kak Eli, emang bener ayah sudah gak ada?", Tanyaku seperti anak polos, "iya sudah ya, ikhlasin ya Na" jawabnya seperti itu, baru pecah tangisku disitu tak karuan sampai sesaaak sekali rasanya. Teman-temanku datang satu persatu memelukku, aku tak sanggup berkata-kata lagi.

Lalu aku digiring keluar kamar, kudapati ayahku dibopong untuk dipindahkan kedepan, rasa hati ingin bertanya 'ayahku, dia mau diapakan?'. Sungguh! Pemandangan malam itu membuatku sangat-sangat hancur.

Kudapati pemandangan mamahku yang sangat terpukul lalu ku tersadar 'aku harus kuat. Ayo Resna kuat! Masih ada mamah yang harus ku jaga seperti pesan mendiang ayah'. Ku hampiri mamah lalu ku peluk bersama dengan adek ku. Kami berpelukan bertiga dengan pecah tangis, lalu ku bilang "kita kuat". Momen yang sangat emosional.

Adeku yasinan dekat ayah, mamah menghampiri jasad ayah yang dibaringkan di ruang tamu, lalu aku duduk di ruang tengah sambil menatap ke ruang tamu, tidak sanggup harus melihat ayah yang ditutupi kain putih di wajahnya. Satu-persatu pelayat mulai datang dan semakin banyak.

Aa ku menghampiri, "Resna, seperti yang sudah aa bilang jika suatu hari ayah tiada dan terjadi pada hari ini, kita jalani semua amanat ayah, kita makamkan ayah di Cirebon saya urus semua kamu dan mamah sudah cukup mengurus dan merawat ayah. Aa yang akan me-wali-kan kamu nanti, kewajiban ayah berpindah ke aa. Resna harus kuat ya, sabar, kita siap-siap jalan". Seraya tatapan kosong ke ruang tamu aku hanya manggut-manggut sambil mengalir air mataku.


Bagaimana sih rasanya, anak gadis kehilangan ayah yang sangat dicintainya???



Walaupun aku tidak mau mendekat dan melihat wajah ayah lagi karena aku sudah menakar diriku akan terngiang nantinya, aku sempat lihat wajah ayah saat hendak dimandikan, wajahnya bersih dan putih sekali seperti waktu sehat dulu, beliau dalam tersenyum. Aku pun ikut tersenyum dalam lemahku.

Kami sekeluarga berangkat ke Cirebon untuk mengantarkan ayah ke tempat peristirahatannya yang terakhir setelah sempat disemayamkan dan dimandikan di Meruya yaitu rumah dinas ayah yang kini dihuni aa. Alhamdulillah, tanpa hambatan sampai di Cirebon dan lancar prosesi pemakaman ayah di tanah wakaf beliau sesuai dengan permintaan ayah dulu disamping musolahnya dan disebelah makam ibu kandungnya (nenek ku) yang keturunan Belanda.

Sebetulnya ayahku juga tidak mengenali ibu kandungnya karena selepas melahirkan ayahku dulu, almarhumah tidak selamat dan berpulang ke pangkuan Tuhan. Ayah sangat ingin ketemu mimi (panggilan ibu di Cirebon) ingin merasakan kasih sayang ibu. Kami dulu pernah nangis berdua dikamar ku dan di kampung mamah saat ayah cerita soal ini. Ayah memang sensitif hatinya, mudah tersentuh.



Yah, kini ayah sudah bersanding bersama nek Ita, Yah. Selamat bertemu, selamat melepas rindu :') kami sekeluarga titip salam untuk nenek -batinku.

Ayah pergi setelah seminggu sebelumnya aku habis berbisik mengadu dan memohon maaf padanya. Sambil pakai mukena karena usai sholat, aku berbaring disebelah ayah yang tiduran.
"Ayah, denger kakak kan?", "Denger", katanya. "Yah, ayah cepet sembuh ya, ya Allah beri ayah kesembuhan, ampuni segala salah dan khilafnya, beri kesempatan ayah ya Allah untuk lihat anaknya ini membahagiakannya walau sedikit. Beri kesempatan ayah untuk sembuh ya Allah." Kami berdua bercucuran air mata sambil mengucap "Amin".
"Yah, maafin kakak ya Yah yang keras ini, yang ada salahnya selama ini merawat ayah, yang pernah gak sabar, yang dulu pernah ngeyel kalo dibilangin ayah. Maafin kakak ya Yah terlalu fokus kerja, waktu kakak kurang untuk ayah. Yah, si dede alhamdulillah sudah lulus sekolah tahun ini, kakak sudah selesai membiayai dede sekolah Yah sesuai dengan amanat ayah dulu. Yah, ayah gak usah khawatir sama kakak, kakak gak akan sembarangan cari pasangan, nanti kakak cari yang baik seperti ayah. Ayah gak perlu khawatir, kan ada aa yah yang waliin kakak nanti. Ayah gak perlu khawatirin kakak. Ayah bilang walaupun kakak anak perempuan tapi harus kuat".

Kami nangis berdua waktu itu

"Kakak sayang banget sama ayah, doain kakak ya yah"

Tangis ayah makin menjadi



Itulah obrolan mengharukan terakhir aku bersama ayah



Ayah, selamat berpulang. Kakak tau kakak akan sangat berat jalani hari tanpa ayah karena ayahlah semangat kakak kerja selama ini. Namun kakak tau inilah kehendak-Nya inilah yang sudah digariskan dan inilah yang terbaik. Kini engkau telah sembuh dari sakitmu.
Yah, kini tugas kami terutama tugas mamah telah usai berbakti dan merawatmu. Maafkan kami atas kekurangan yang pernah terjadi.


Ayah, istirahatlah dalam damai. Kami akan berkunjung kembali ke Cirebon di tanah kelahiranmu dan ditempat kembalimu.




Ayah....we love you so so so much.





Innalillahi wainnalillahi rojiun,
Selamat jalan Achmad Suherman, ayahku tercinta


1 komentar:

  1. Semoga almarhum diterima amal ibadahnya dan keluarga yg ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran ya kak

    BalasHapus