Halo! Selamat datang di blog Resna Karina, ini adalah tulisan ku yang masih perlu banyak perbaikan, pembelajaran dan jauh sekali dari kata sempurna. Feel free untuk berikan masukkan dengan meninggalkan komentar. Enjoyed!

Perkenalan Dengan Triawan Rasanya sudah bertahun-tahun gue datang ke sekolah yang dimana setiap pagi menerima sapaan dari teman-teman, baik ...

Triawan, Cinta Bukan Begitu | PART III



Perkenalan Dengan Triawan

Rasanya sudah bertahun-tahun gue datang ke sekolah yang dimana setiap pagi menerima sapaan dari teman-teman, baik yang gue ingat namanya ataupun yang gue gak kenal orangnya. Namun, pagi itu betul-betul langkah gue sampai berhenti mendengar ucapan "jangan hilangkan senyum lo ya, San, everything it's gonna be okay,".

Who is he? 

Saat langkah gue terhenti, gue berbalik ke arahnya, menatapnya heran, tidak melemparkan pertanyaan sama sekali. 

"Sorry ya San gue lancang," Ucapnya. 

"No, thank you anyway....," Sahut gue, karena belum tau nama dia. 

Sambil menjulurkan tangan kanannya, "Triawan, San..

Sampai saat ini, gue selalu ingat perkenalan pada pagi hari itu. 

Sejak saat itu, disetiap pagi, Triawan selalu mengingatkan gue untuk tersenyum setiap hari. Apapun yang terjadi ataupun yang gue rasa pada hati itu. Hal kecil memang, tapi impact nya bisa bikin good mood seharian. 

Pernah suatu ketika, Triawan gak kelihatan di sekolah dalam beberapa hari, tanpa sadar gue merasa kehilangan dan mulai mencari tahu kemana dia. Tapi teman-teman sekelasnya pun gak ada yang tau. 

Begitu saat Triawan masuk sekolah kembali, dia sempat kasih penjelasan singkat saat sapa pagi rutinnya. "Beberapa hari yang lalu, gue sakit, San. Jadi gak bisa nyapa lo deh, gak bisa lihat lo juga untuk beberapa hari,". 

Sepertinya dia tau bahwa gue mencarinya saat dia gak hadir di sekolah. Dan mulai saat itulah gue membuka obrolan dengannya. Mulai menanyakan sakit apa hingga menanyakan sejak kapan dia menyapa gue dipagi hari. 

Dan ternyata, ada fakta lainnya yang gue pun baru tau. Selama ini yang menaruh permen dengan berbagai tulisan (tau dong permen kiss dengan tulisan dibungkusnya itu?) di meja kelas gue adalah dia, Triawan. Selama lebih dari setahun ini! 



Tak Cukup Nyali 

Siapa bilang urusan soal Doni dan Bian hilang begitu saja? Mereka masih berlanjut dengan drama pertengkarannya yang belum juga usai. Triawan pun tau masalah itu, bahkan tanpa gue cerita dia rasanya sudah lebih tau. Ya, Triawan adalah kawan Bian dan Doni. Triawan bilang "Complicated, San. Tapi kalo gue cerita sesuatu lo pasti akan lebih pusing deh, hehe,".

Trian, begitu gue memanggilnya, mulai cerita saat dulu awal masuk sekolah dia melihat gue sedang mendribble bola basket di koridor sekolah dan dengan stick lollipop menempel di bibir. Sejak hari itu, dia mencari tau tentang gue. Dia bahkan sudah sering ngobrol dengan salah satu sahabat gue untuk mengorek informasi lebih tentang gue. Namun, sayangnya Trian gak punya keberanian lebih untuk sekedar memperkenalkan diri. 

Mulailah dia sering menaruh permen bertuliskan berbagai kata di meja gue, beberapa kali suka menaruh lollipop. Dia juga punya nomor telpon rumah gue, dia mengakui kalau dia sering menyambungkan telpon ke rumah gue tapi begitu kebetulan gue angkat dia hanya diam, sambil senyum-senyum dia bilang. Sampai telpon itu gue tutup karena kesal. Kalau yang angkat telpon selain dari gue atau bahkan orang tua gue, dia akan berpura-pura salah sambung, haha. 

Trian tau jadwal les, dia tau jam gue suka main basket di komplek, dia juga tau klub bola kesukaan gue. Trian banyak tau tentang gue. Dan ternyata, Trian memiliki banyak hadiah yang sudah dibungkus yang diniatkan untuk gue, tapi gak pernah sekalipun dia berani untuk kasih ke gue. Dia juga selalu melihat tempat les gue dari kejauhan, hanya untuk memastikan gue aman selama diluar rumah. 

Oh, Trian, betapa terharunya gue saat itu.

Dia selalu catat dalam buku kecilnya, lengkap beserta tanggal setiap gue les mengenakan baju warna apa. Dia juga selalu catat emosi keseharian gue seperti apa dari penglihatannya. Kalau dia tau sesuatu tentang gue, apapun itu, dia selalu catat dalam buku kecilnya yang selalu dia bawa kemanapun. 

Lagi-lagi gue dibuat diam oleh Triawan. Gue betul-betul baru ketemu sosok yang seperti Trian ini. Sampai menetes begitu saja air mata gue tanpa permisi. 

Diusapnya air mata gue oleh Trian, "Maaf San, gue gak maksud untuk buat lo menangis," dengan perasaan bersalah. 

"Lo buat gue terharu, Trian,"




Taman Kunang-kunang

Sepulang les, Trian sudah menunggu tidak jauh dari tempat les gue dengan sepedanya, gue lihat dia, tidak lama dia menghampiri. 

"Gue anter ya?

Tapi dia tidak lantas mengantar gue pulang ke rumah, memang dia sudah bilang, "San, capek gak? Mau main basket gak? Gue mau tunjukkin suatu tempat ke lo, mudah-mudahan lo suka,".

Sesampainya disana, Trian bilang ini namanya Taman Kunang-kunang. Kalau malam gelap, ada banyak Kunang-kunang yang bisa dilihat disini. Di taman itu juga ada ring basket, ternyata dia sudah menaruh bola basket disana untuk dimainkan oleh gue. Dan yang sukses bikin gue bahagia dan terharu adalah Trian kasih gue satu toples yang isinya Kunang-kunang. Dia betul-betul mempersiapkan ini untuk gue. 

"Gue sering kesini, San. Kalau lagi banyak fikiran, kalau lagi sedih, kalau lagi pengen sendiri, kalau lagi pengen lihat Kunang-kunang. Gue dulu cuma bermimpi pengen banget lihat lo main basket disini,"

Gue hanya bisa menengok ke arahnya dengan menahan air mata dan rasanya ingin berdialog dengan Tuhan, mengapa baru diperkenalkan dengan Triawan sekarang ini. 

"Sandra, terima kasih ya sudah mewujudkan salah satu mimpi gue,". 


**


Suatu hari Trian meminta gue meluangkan waktu untuk ikut dengannya. Pada hari libur gue dan Trian pergi. Ya, dia ajak gue ke Taman Kunang-kunang, Kali ini dia gak menyuruh gue untuk mendribble bola basket, melainkan gue dikagetkan dengan berbagai macam hadiah yang sempat gue bilang sebelumnya. 

Dia punya banyak hadiah untuk gue namun gak pernah berani untuk kasih langsung ke gue. Setelah hampir dua tahun dia dan pada kesempatan hari itu, dia berani untuk ceritakan semua. Dia ceritakan setiap kadonya. 

Dia selalu memastikan kenyamanan gue, dia takut sekali kalau gue gak suka atau gak nyaman. Padahal, gue tidak pernah merasa apa yang dia khawatirkan itu. 

Trian memperbolehkan gue untuk membuka kado itu satu persatu. 

Ada beberapa hadiah yang sampai hari ini gue ingat dengan manis, bahkan sampai menetaskan air mata saat menulis ini. 

Ada lollipop, ada handuk kecil, ada permen bertuliskan 'I Love You', ada notebook kosong, ada cokelat, ada novel, ada sticker klub bola kesukaan gue, dan ada kelopak bunga mawar yang sudah kering. 

Trian, betapa bahagianya gue pada saat itu. Bahkan pada moment itu gue lantas memeluk lo spontan. Gak tau mau berkata apa-apa lagi. 

"Gue beli bunga mawar merah ini saat hari valentine pertama kenal lo, San, tapi gak cukup keberanian gue untuk kasih ke lo. Makanya sampai kering gitu,". 



Trian, I'm in love with you.


to be continued.......






0 comments: