Halo! Selamat datang di blog Resna Karina, ini adalah tulisan ku yang masih perlu banyak perbaikan, pembelajaran dan jauh sekali dari kata sempurna. Feel free untuk berikan masukkan dengan meninggalkan komentar. Enjoyed!

Di benak kalian, tidur di keloni pasti akan bikin tambah nyaman dan pules kan? Betul sekali. Tapi, kali ini aku mau cerita yang justru s...

Di Keloni “Mbaknya”


Di benak kalian, tidur di keloni pasti akan bikin tambah nyaman dan pules kan? Betul sekali. Tapi, kali ini aku mau cerita yang justru sebaliknya. Ini pengalaman pribadi aku beberapa tahun yang lalu.
Malam itu, aku tidur di keloni


Siapa kah yang ngelonin aku?

*********

Malam itu, sehabis aku ujian kenaikan sabuk (Taekwondo) aku pulang larut malam. Untuk aku yang waktu itu masih SMP tentu sudah sangat telat sekali aku sampai ke rumah. Memang, waktu itu aku agak ngelantur tidak langsung pulang.


Setibanya aku di rumah yaitu pukul 21.30 WIB, ayah aku di ruang tengah sedang nonton TV, mamah sama ade aku tentu udah tidur di kamar. Saat aku udah selesai masukin kendaraan, aku langsung ke kamar tanpa cuci kaki dan cuci muka, ya tuhan diriku. Lalu aku dengar ayah ku masuk ke kamar tidurnya, lampu ruang tengah pun mati.

Dan aku sudah tidak sadar lagi apa yang terjadi.

**********

Tiba-tiba gelisah di tengah tidur, jam dinding di kamar serasa meledek gambar di tengah jarumnya. Dan terdengar suara kursi stainless di ruang tengah beradu dengan lantai, beberapa kali.

Ku coba cari tau ada apa di dalam rumah ku ini karena hawanya sudah tidak enak, seperti ada yang tidak beres. Ku telusuri ruangan demi ruangan sampai membawa ke kamar anak ku. Dan apa yang aku dapati membuat aku kaget bukan kepalang.

Anakku sedang di keloni di pangkuan yang sepertinya wanita ku lihat, rambutnya panjang tak terlihat sampai mana batasnya, bajunya putih, mukanya pucat matanya hitam, menoleh ke arahku. Di pojokan kamar anakku sedang di elus-elus seperti di buat pulas dalam tidurnya.


Apa yang ku lihat ini?

Anakku tidak bangun dalam pelukan makhluk lain, tidak bergerak sama sekali.
Aku bacakan doa menurut kepercayaanku, tak juga mbaknya pergi. Lalu ku ambil wudhu dan gelar sajadah di kamar anakku, ku laksanakan sholat, ya aku sholat di depan anakku yang masih di keloni sosok mbak-mbak yang entah dari mana datangnya.

Sepanjang aku sholat, mulai dari benda-benda jatuh, kursi yang terus bergeser dengan bunyi-bunyinya, hingga teriakkan mbaknya ku rasakan, namun aku harus menyelesaikan sholatku demi anakku.

Aku dzikir dengan tasbih yang ku lingkarkan di tanganku.

Dengan menyebut nama tuhan ku yang maha kuasa ku beranikan diriku untuk menarik rambut mbaknya lalu kubawa ke luar kamar anakku agar menjauh, ku buang mbaknya ke dalam lubang wastafel seraya  membaca doa. Tak lama ia kembali muncul dan masih berada di sebelah anakku dengan posisi yang bebeda, duduk di sebelah anakku yang tertidur dan belum bergerak.

Kali ini dengan amarah ku tarik kembali rambut mbaknya dan ku buang ke closet, lalu benda-benda yang berada di atas mulai berjatuhan. Setelah ku pastikan mbaknya terbuang, ku langsung berlari ke kamar anakku ku kalungkan tasbih di tanganku ke leher anakku, ku buka kitab dan ku taruh di sebelah anakku tidur. Ku ambil air segelas dan ku bacakan doa, ku ciprati anakku tapi tak juga bangun dari tidurnya.

Ku sholat dan memohon kepada sang kuasa agar anakku kembali-baik saja.

Alhamdulillah…… terima kasih Tuhan mengabulkan doaku


*****

Pagi hari ku bangun ku rasa ada yang tak biasa, heran, ada tasbih di leherku, ada al quran dan yasin-yasin di samping ku dan di perutku. Di sebelah ku ada segelas air dan ada kertas bertuliskan “bismillah, di minum”, lalu ku minum dengan bismillah tentunya.

Ketika keluar kamar mamah ku tersenyum dan bertanya dari mana aku semalam, ku ceritakan lalu ku bertanya ada apa tapi tak juga di beri tahu ada apa.


Ada yang aneh…






Lalu… aku baru tahu kejadian ini setelah seminggu lebih, mamahku baru bercerita kepadaku soal malam itu.



Ku ingat kembali saat ditanya malam itu merasakan apa? Tak ku ingat lagi saat itu, yang jelas aku tidur dengan sangat pulasnya.

Positifku, mungkin karena aku kecapean.

Tapi aku tidak tahu, aku membawa mbaknya itu dari mana. Tapi aku ingat, kala itu aku memang merasa membonceng sesuatu saat pulang, ku belokkan spion ke arah belakang jok motor namun tak ada apapun. Apakah aku benar membonceng mbaknya?


0 comments: